Sabtu, 16 April 2016

Berhenti Sejenak Menulis Artikel Ilmiah Bahasa


Saya sedang di bandara Cengkareng menuju Semarang saat mulai menuliskan catatan ini. Dua hari lalu, saya mengikuti Temu Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia di Universitas Mercu Buana, Meruya Selatan, Jakarta. Ini perhelatan ketiga yang sama yang saya ikuti. Perhelatan pertama saya absen karena sementara ujian pada waktu yang sama. Perhelatan kedua diadakan di Makassar. Waktu itu, lebih banyak karena ingin pulang kampung saja maka saya mengikuti acara ini. Perhelatan ketiga di Bali. Saya mengikutkan artikel yang awalnya merupakan tugas kuliah dan tidak dinyana malah jadi best paper dan diterbitkan oleh penerbit jurnal yang bekerja sama dengan penyelenggara acara. Perhelatan kali ini saya ikut kembali dengan mengirimkan artikel dari thesis saya sewaktu kuliah di Universitas Diponegoro, Semarang. Lagi, artikel tersebut mengantar saya sebagai pemakalah terbaik di perhelatan ini.

Sumber Gambar : Koleksi Pribadi

Saya langsung mengirimkan bukti sertifikat kepada dua supervisor thesis saya itu untuk mengabari dan memberi ucapan selamat atas capaian kami. Tentu saja karena mereka punya banyak kontribusi untuk perampungan penelitian yang saya kerjakan tersebut.

Balasan dari supervisor kedua saya, membuat saya kegirangan. Dia menulis : “We are proud for your achievement and results of our productive cooperation. Hope every success in the future.” Setelah berpuas-puas diri tersenyum membaca surel tersebut, saya akhirnya semakin yakin memutuskan untuk berhenti menulis artikel ilmiah bahasa sementara ini.

Setelah dari Jakarta, tiga hari berikutnya saya akan ke Jember untuk mempresentasikan artikel pendidikan akuntansi kritis. Artikel itu adalah hasil dari apa yang saya kerjakan bersama para mahasiswa di kelas yang saya ampu enam bulan terakhir ini. Artikel itu boleh dibilang merupakan salah satu bukti kongkrit, yang kata orang ilmiah, hasil belajar bersama kami di dalam dan di luar kelas. Artikel itu sekaligus akan menjadi penanda sebagai artikel terakhir yang saya tulis dalam bahasa hingga waktu yang tidak dapat saya tentukan.

Alasan berhenti sejenak karena melihat jumlah artikel yang saya hasilkan di awal usaha belajar menulis artikel ilmiah sepertinya sudah lebih dari cukup. Kalau saya menulis lagi, kualitasnya saya rasa tidak akan jauh beda dengan empat artikel yang telah saya tulis sebelumnya. Bukankah orang yang sama dengan hari kemarin adalah orang yang rugi?

Hal yang saya butuhkan saat ini adalah membaca lebih banyak jurnal. Saya harus mengakui betapa sedikit jurnal-jurnal baik yang saya baca satu tahun terakhir ini. Sejak tidak lagi kuliah dan disibukkan dengan tugas kampus sebagai dosen, saya lebih banyak membaca novel sebagai ajang balas dendam karena sewaktu kuliah tidak sempat membacanya. Tentu saja saya tidak ingin berhenti membaca novel. Hanya saja barangkali saya harus menyisihkan lebih banyak waktu untuk duduk membaca.

Melirik Standar Akuntansi Keuangan revisi 2015 yang saya pinjam dari kampus ditambah jurnal-jurnal yang diunduhkan oleh kawan baik saya dari Semarang, membuat saya merasa ironi dengan diri sendiri. Betapa saya butuh lebih sering mengingatkan diri sendiri untuk membaca banyak hal penting ketimbang mengeluhkan banyak hal yang sedang terjadi di sekeliling saya. Mengutip Eka Kurniawan, ketimbang mengeluhkan hal yang tidak kamu sepakati, kamu lebih baik melakukan hal yang menurutmu baik. Itu lebih produktif kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar